Foto : weakwings.blogspot.com
Hari ini langit tampak begitu terang, matahari sedari tadi sudah menampakkan senyumnya yang lebar, membuat semangatku ikut menggelegar. Aku beraktivitas seperti biasanya, yaitu berangkat ke kampus. Aku pergi ke kampus menggunakan kendaraan pribadi. Dan Aku tidak pernah menyangka bahwa hari ini merupakan hari yang mungkin tak akan terlupakan sepanjang hidupku.
Perkenalkan namaku Anisa. Seorang mahasiswa semester 3 jurusan Kimia di salah satu Kampus yang ada di Semarang. Sebenarnya hari ini jadwal kelasku Sampai jam 2 siang. Akan tetapi, Aku tidak langsung pulang karena sudah janjian sama Lintang dan Reni untuk mengerjakan tugas kelompok.
“Kita mau ngerjain di mana?” Tanya Lintang.
“Di rumahku aja yuk sekalian main,” Usul Reni sekaligus mengajak temannya.
“Ah gausah, dikit lagi juga selesai kok, jadi di kampus aja,” Tolakku.
“Hmm okelah, kita ngerjain di depan kelas ini?” Tanya Reni.
“Di gedung V aja gimana?” Jawabku.
“Yaudah ayok” pungkas Lintang.
Bergegaslah kita berjalan dari gedung Fakultas MIPA lantai 3 menuju ke gedung Perpustakaan, letak gedung perpustakaan memang tidak jauh dari Fakultas MIPA, hanya terpisahkan oleh lorong yang dikelilingi oleh taman. Jadi kita harus berjalan melewati lorong tersebut agar sampai ke gedung perpustakaan ini.
“Udah di sini aja ya?” Tanyaku sekaligus memastikan pada setuju atau tidak.
“Jangan, di sini banyak mahasiswa lalu lalang,” Tolak Lintang mentah-mentah.
“Terus maunya di mana?” Tanya Reni sambil menatap Lintang.
“Lantai 3 bolehlah,” Jawab Lintang.
“Capek aku Lin, naik turun tangga,” Keluhku kepadanya.
“Kan ada lift, kenapa gak naik lift aja?”
“Kan dia trauma naik lift,” Saut Reni dengan lugas.
“Hah? Serius? Gimana bisa trauma? Ada kejadian apa memang?” Lintang tercengang seketika setelah mendengar hal tersebut.
“Ah sudahlah nanti aja ceritanya, gak jadi ngerjain kita nanti,” Jawabku.
Setelah mengobrol yang cukup memakan waktu, akhirnya kita memutuskan mengerjakan tugasnya di lantai paling bawah.
Aku masih trauma tentang kejadian yang menimpaku saat naik lift, namun Aku tidak pernah cerita ke siapapun selain Reni. Reni merupakan sahabatku sejak SMA. Aku bilang kepadanya bahwa kejadian tersebut bersifat rahasia. Jadi Lintang tak pernah mengetahui jika Aku trauma naik lift, sehingga dia kaget ketika Reni melontarkan hal tersebut. Namun, Aku alihkan pembicaraan supaya Reni tidak menceritakannya kepada Lintang.
Mulailah kita bertiga menatap layar datar dengan serius, benar apa yang diucapkan oleh Lintang. Suasana di gedung perpustakaan masih tampak ramai dengan para mahasiswa yang lalu lalang.
“Kalian sadar gak kemarin ada hal aneh waktu praktikum?” Tanya Lintang kepada kedua temannya yang masih serius menatap layar putih.
“Hal aneh apa maksudmu?” Tanyaku penasaran.
“Aku lihat bayangan putih seperti seorang perempuan waktu membersihkan alat praktikum..
“Mungkin ada temen yang di situ kali,” Saut Reni yang masih menatap layar laptop.
“gak ada siapa-siapa di situ Ren.” Lintang mencoba meyakinkan.
“Eh, sudah ah jangan nakut-nakutin, nih tugasnya udah selesai,” Ucapku sambil lihatin tugasnya.
Setelah aku bilang bahwa tugas sudah selesai, Reni dan Lintang mengajak untuk pulang, namun aku menolak ajakannya dan menyuruh mereka berdua untuk pulang duluan, karena aku mau salat terlebih dahulu, takutnya gak keburu kalau di rumah.
Reni dan Lintang mulai bergerak menjauh dariku. Kini, tinggal aku sendiri, diriku mulai merasakan gelapnya langit, suasana kampus yang tadinya banyak mahasiswa lalu lalang sekarang mulai hening. Seolah hanya hembusan angin yang menerpa sampai ke pori-pori
Kampusku ini dikelilingi oleh sawah, dan agak jauh dari jalan raya, kadang walau hari masih terlihat terang, jangkrik pun sudah mulai saling berlomba memamerkan kemerduan suaranya.
Ketika itu, Aku tidak langsung bergegas untuk sholat, Aku masih kepikiran dengan apa yang diceritakan oleh Lintang, bahwa dia melihat bayangan seorang perempuan. Apa itu sosok yang sama Aku lihat di lift.
“Eh jam berapa?” Sadarku sembari melihat jam tangan.
“Gila udah 17.20 aja, bentar lagi Magrib ini” sambung monologku
Bergegaslah Aku menuju Musholla untuk sholat ashar, Musholla di gedung perpustakaan ini berada di lantai 2, jadi aku harus naik tangga terlebih dahulu. Suara langkah kakiku terdengar begitu jelas, bisa bayangkan betapa heningnya keadaan saat itu. Aku mempercepat langkah kakiku, tiba-tiba
Terdengar suara air mengalir dari arah toilet.
“masih ada orangkah?” Ujar perasaanku
Karena penasaran aku mengecek ke arah di mana datangnya suara air tadi, takutnya OB lupa mematikan keran toilet. Pintu toilet dari arahnya suara air tertutup, pikirku berarti ada orangnya di dalam.
Saat aku membalikkan badan, tiba-tiba…
“Kriett”
“Siapa ya di dalam?” Tanyaku agak teriak.
Tidak ada balasan suara. Karena penasaran, aku pelan-pelan membuka pintu tersebut, Ternyata.. Di dalam toilet tersebut tidak ada orang, dan suara air tadi juga tiba-tiba hilang. Aku mulai merasakan dinginnya suasana di toilet tersebut. Bulu kudukku juga mulai berdiri. Karena tidak ada orang dan suara airnya sudah gak ada lagi, aku tutup lagi pintu toiletnya.
Beberapa langkah saatku meninggalkan toilet tersebut, tiba-tiba, suara air tadi terdengar kembali. Suara airnya terdengar begitu jelas, tidak mungkin aku salah dengar. Aku masuk kembali ke toilet tersebut untuk memastikan kalau memang aku tidak salah dengar. Saatku membuka pintu…
“Kriett”
Nafasku berhenti seketika, aku tidak percaya apa yang ada di depanku, aku melihat sosok perempuan membelakangi diriku. Aku melihat jelas dia memakai rok panjang putih yang dipenuhi dengan warna merah pekat, aku tidak tahu itu darah atau apa, yang jelas aku ingin cepat-cepat meninggalkan tempat tersebut. Aku mencoba melangkahkan kakiku menjauh dari dia, namun entah kenapa kakiku rasanya begitu berat, badanku lemes seketika, tetapi sekuat tenaga aku mencoba untuk lari dari tempat itu. Saatku sudah mulai menjauh, tiba-tiba terdengar suara.
“Mau kemana?”
Suara itu persis di belakangku, aku tidak tahu lagi dengan keadaanku, badan makin lemas dan ingin rasanya pingsan, tetapi aku berusaha dengan sisa tenaga yang ada, aku tidak menoleh sedikitpun, aku hanya fokus ke depan dan segera turun menuju lantai bawah.
Itulah pengalamanku di kampus saat pulang terlambat.
~ Selesai ~
Penulis : Fahmi Nurdian Syah