SMKAA-Banyak dari Teman-teman suka lewat Jl.Pasir Kaliki entah mau ke Mall Paskal atau ke tempat lain.Tapi, penasaran sama Gedung yang berbentuk keraton ini kan. Untuk selengkapnya bisa dibaca dibawah ini.
Latar Belakang
Gedung Pakuan adalah peninggalan Belanda yang digunakan sebagai rumah dinas Gubernur Kepala Daerah Provinsi Jawa Barat.Di zaman kolonial Belanda gedung ini merupakan rumah kediaman resmi Residen Priangan .Dilansir dari Detik.com, Gedung Pakuan merupakan tempat kediaman resmi Gubernur Jawa Barat. Gedung ini merupakan bangunan bergaya Indische Empire Stijl yang megah dengan cat putih yang menjadi ciri khasnya.Gedung ini didirikan pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Ch. F. Pahud.Dilansir tulisan M.A.J. Kelling “Geschiedenis van Bandoeng” (1935), perancang bangunan Gedung Pakuan adalah Insinyur Kepala, staf dari Residen Van der Moore dan dilaksanakan oleh R.A. Wiranatakusumah IV yang dibantu oleh para pekerja. Gedung Pakuan dibangun pada tahun 1864 dan selesai tahun 1867.Dilansir dari Pemindahan Ibukota Priangan, Selama pembangunan Gedung Pakuan (1864-1867), telah dikerahkan sejumlah anggota Genie Militair Belanda, yang dibantu oleh R.A. Wiranatakusumah yang dikenal dengan sebutan Dalem Bintang. Ia mengerahkan penduduk dari kampung Babakan Bogor (sekarang Kebon Kawung) dan Balubur Hilir yang sekarang berada di depan kediaman resmi Panglima Kodam III Siliwangi di Bandung. Atas jasanya, penduduk yang terlibat dalam pembangunan itu konon dibebaskan dari pajak. Gedung ini digunakan oleh Residen setiap tahunnya sampai pada era Kemerdekaan Gedung Pakuan difungsikan sebagai Konferensi Jawa Barat yang menjadi cikal bakal berdirinya Negara Pasundan tahun 1946.
Era Kemerdekaan Dan Konferensi Asia Afrika
Dilansir dari Propinsi Djawa barat(1955), Westerling saat itu menerima surat dari Perdana Menteri Pasundan Anwar Tjokroaminoto yang berhubung dengan suratnya Westerling kepada pemerintah Pasundan maka beliau dan Walinegara R. A. A. Wiranatakusuma telah mengadakan pertemuan dengan Westerling di Gedung Pakuan. Sampai dimana pembicaraan-pembicaraan itu berlanjut tidak diketahui orang. Hanya menurut harian „ Merdeka” tgl. 14/1-1950, P. M. Anwar dikatakan telah minta pada Westerling agar bertindak hati² dan bijaksana supaya keadaan jangan bertambah kacau.Jadi, tempat ini sempat menjadi pertemuan antar Belanda dengan para petinggi Pasundan dan Gedung pakuan sempat menjadi tempat tinggalnya Wali Negara Pasundan tahun 1948.Tapi, pada akhirnya direbut kembali setelah bubarnya negara Pasundan.Selanjutnya, Gedung inipun digunakan untuk tempat istirahat para Delegasi Konferensi Asia Afrika 1955 seperti:
• Perdana Menteri Burma, U Nu
• Perdana Menteri Sri Lanka, John Kotelawala
• Perdana Menteri Pakistan, Mohammad Ali Bogra
• Jendral Carlos P. Romulo dari Filipina
• Presiden Mesir, Gamal Abdul Nasser
• Pangeran Norodom Sihanouk dari Kamboja
• Perdana Menteri RRC, Zhou Enlai
Selain itu, tempat ini digunakan untuk pertunjukan Tari Merak dan Tari Kupu-Kupu saat terlaksananya Konferensi Asia Afrika 1955.Dilansir dari Irawati Durban Setelah Jamu Teh Delegasi,pada Pukul sore 17.00 dimulailah pertunjukan Tari Merak dan setelahnya Tari Kupu-Kupu.Di sisi Lain, Gedung Pakuan sempat digunakan sebagai tempat perjanjian dihapusnya Dwikewarganegaraan antara Indonesia-Tiongkok dikarenakan saat itu sebelumnya,Tiongkok mengklaim kalau orang-orang Tionghoa di seluruh dunia yang tinggal ditempat negara lain dianggap sebagai warganegara Tiongkok. Sehingga, dengan klaim itu membuat banyak negara-negara luar mendiskriminasi dan untungnya Indonesia belum sampai ke tahap situ. Dengan adanya perjanjian ini yang membuat warga Tionghoa dapat menentukan pilihannya sendiri antara menjadi warganegara Indonesia atau Tiongkok.Dilansir dari Britannica,.Singkat cerita, setelah KAA 1955 dimana Gedung Pakuan sempat dinginapi oleh Presiden Uni Soviet Voroshilov dan sampai saat ini dimana Gedung Pakuan menjadi tempat kediaman Gubernur Jawa Barat.
Penulis: Edukator/Senore Arthomy Amadeus
Editor: Edukator/Senore Arthomy Amadeus