SMKAA-Museum Geologi adalah salah satu destinasi edukasi sekaligus warisan nasional yang terletak di Bandung tepatnya di Jalan Diponegoro Nomor 57, Cihaurgeulis, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat. Museum ini menyimpan ratusan ribu koleksi yang mencakup fosil, bebatuan, mineral, dan materi geologi lain yang didapat dari hasil pengumpulan kerja lapangan di Indonesia sejak 1850.
Awal Berdirinya Museum Geologi
Museum Geologi Bandung dibangun pada tahun 1928 dengan nama ”Geologische Museum”. Gedung ini dirancang oleh seorang arsitek asal Belanda bernama Ir. H. Menalda van Schouwenburg dengan arsitektur bergaya Art Deco. Dilansir dari museumgeologi.id, pembangunan ini menghabiskan dana sebesar 400.000 Gulden dan dikerjakan selama 11 bulan dengan 300 pekerja. Museum Geologi diresmikan pada 16 Mei 1929 bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke IV (Fourth Pacific Science Congress).
Perjalanan Museum Geologi tidak lepas dari sejarah penyelidikan geologi dan tambang di Nusantara pada masa Pemerintahan Hindia Belanda tepatnya sejak pertengahan abad ke-17. Dilansir dari buku Sejarah Permuseuman Di Indonesia, pasca pecahnya Revolusi Industri abad ke-18, kebutuhan akan bahan tambang semakin diperlukan untuk bahan-bahan industri di Eropa. Pemerintah Kolonial yang sadar akan pentingnya penguasaan bahan galian di Nusantara membentuk Dienst van het Minjwezen pada tahun 1850, yang kemudian berganti menjadi Dienst van den Mijnbouw pada tahun 1922 dengan tujuan sebagai lembaga yang melakukan penyelidikan geologi dan sumber daya mineral.
Penyelidikan yang dilakukan oleh Lembaga Belanda ini menghasilkan contoh-contoh batuan, mineral, fosil, laporan, dan peta. Hasil penyelidikan ini membutuhkan tempat untuk penganalisisan dan penyimpanan sehingga pada tahun 1928, Dienst van den Mijnbouw membangun gedung di Rembrandt Straat Bandung atau saat ini di Jalan Diponegoro, Bandung bernama Geologisch Laboratorium yang juga disebut Geologisch Museum.
Gedung Geologisch Laboratorium digunakan sebagai kantor yang dilengkapi laboratorium geologi serta memiliki dua ruang utama. Ruang-ruang ini berfungsi untuk memamerkan hasil survei geologi. Koleksi geologi berupa batuan dan fosil diatur dengan supervisi para ahli pada masa itu, seperti Oostingh (ahli moluska), Tan Sin Hok (ahli foraminifera), Von Koenigswald (ahli vertebrata), serta para geolog lain, termasuk Van Es, Oppenoorth, dan Neumann van Padang.
Pameran ini disusun secara artistik, dengan informasi yang sistematis dan menarik, untuk menunjukkan kemajuan survei geologi dan hasil kerja para ahli yang berkegiatan di Indonesia saat itu. Selain itu, pameran ini terbuka untuk masyarakat umum, menjadikannya daya tarik tersendiri. Hingga tahun 1930, Museum Geologi telah menerima kunjungan sebanyak 894 orang.
Dilansir dari Kementerian ESDM, pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), lembaga Dienst van den Mijnbouw diganti namanya menjadi Kogyoo Zimusho yang juga diganti kembali menjadi Chishitsu Chosasho. Pada masa itu, Museum Geologi ini merupakan bagian dari Laboratorium Paleontologi dan Kimia. Kemudian setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pengelolaan Museum Geologi berpindah dari Jepang menjadi dibawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDGT/1945-1950).
Museum Geologi Sekarang
Museum Geologi memiliki koleksi yang sangat beragam dan dibagi menjadi beberapa ruang tematik, yaitu:
1. Ruang Sejarah Kehidupan
Ruang ini memamerkan fosil-fosil yang menjadi saksi evolusi kehidupan di bumi. Selain itu, terdapat berbagai fosil hewan purba seperti gajah purba dan badak yang pernah hidup di wilayah Indonesia.
2. Ruang Geologi Indonesia
Di ruang ini, pengunjung dapat mempelajari proses pembentukan Kepulauan Indonesia yang dipengaruhi oleh aktivitas tektonik lempeng, gunung berapi, dan gempa bumi. Ruang ini juga menjelaskan potensi geologi Indonesia, serta ancaman bencana alam yang menyertainya.
3. Ruang Sumber Daya Geologi
Ruang ini menyajikan informasi tentang kekayaan sumber daya alam Indonesia, seperti minyak bumi, gas alam, batubara, dan berbagai jenis mineral.
4. Ruang Manfaat dan Bencana Geologi
Ruangan ini dirancang untuk menunjukkan bagaimana bumi memberikan manfaat besar bagi kehidupan manusia sekaligus menyimpan potensi bahaya yang harus diantisipasi.
Museum Geologi bukan hanya tempat belajar, tetapi juga daya tarik wisata yang populer di Kota Bandung. Kombinasi antara nilai sejarah, kekayaan koleksi, dan fasilitas modern menjadikannya destinasi yang wajib dikunjungi. Setiap tahunnya, ribuan pengunjung dari berbagai daerah bahkan mancanegara, datang untuk menikmati pengalaman belajar yang menyenangkan di museum ini.
Penulis:
1. Abada/Ghinaa Khania
2. Edukator/Haura Althaf Alimah
3. JT/Sofi Nur Meilina