JT – Museum Konferensi Asia Afrika bekerjasama dengan sahabat museum KAA kembali menggelar acara Night at the Museum (NATM) pada Jumat (23/8) dalam rangka memperingati 74 tahun Proklamasi Kemerdekaan. NATM ini memiliki tema utama tentang tokoh H. Agus Salim dan diplomasi perjuangan. Acara ini berlangsung di Ruang Pameran Tetap dan selasar MKAA.
Rangkaian acara dimulai dengan mengumandangkan lagu Indonesia Raya dan berdoa bersama para staff museum serta panitia dari sahabat MKAA. Registrasi peserta/kelompok dibuka pukul 18.40, beberapa kelompok digabungkan menjadi satu kloter karena hanya ada enam sesi tur museum. Satu sesi berlangsung selama 30 menit, dimulai pada pukul 18.45 dan berakhir pukul 21.45.
Hal menarik yang menjadi andalan acara NATM adalah peserta dipandu menjelajahi museum dalam kondisi gelap yang dibantu dengan cahaya senter, dimulai dari Ruang Pameran Tetap – Ruang Utama Gedung Merdeka – Ruang Galeri I dan berakhir di Ruang Perpustakaan MKAA. Salah satu hal menarik dari NATM ini para peserta dapat pemaparan khusus mengenai tokoh utama dalam NATM, yaitu H. Agus Salim.
Setelah selesai menjalani jelajah museum, peserta diberikan lembar evaluasi sebagai penilaian terhadap acara NATM. Di Selasar Timur terdapat aneka jajanan gratis (bandrek, bajigur, mie kocok) yang disediakan pihak museum sebagai refreshment untuk para peserta.
Pemilihan tema tokoh H. Agus Salim bukan tanpa alasan “Pemilihan tema H. Agus Salim dan Diplomasi Perjuangan karena sosok tersebut dirasa memiliki karakter yang patut diteladani seperti hidup bersahaja, kecerdasan yang luar biasa, jaringan kehidupan sosial yang luas sekali, kemudian mendampingi jabang bayinya Indonesia dari mulai merangkak sampai kemudian bisa sejajar dengan negara-negara lain di dunia”, ujar Desmond selaku edukator museum KAA.
Adapun pesan dan harapan Desmond terhadap pemuda-pemudi yang hadir di acara NATM “Saya melihat dan saya bahagia karena yang datang dalam acara ini sebagian besar adalah generasi muda, saya yakin jauh di dalam hati pemuda Indonesia masih hidup api kebangsaan mencintai negeri, dan saya optimis dengan antusiasme tersebut kita masih memiliki harapan persatuan Indonesia, saya berharap ke depannya acara ini terus berlangsung dengan pembaruan-pembaruan dan para generasi muda jangan sampai melupakan sejarah”. (JT/ Widi)