Pemaparan mengenai ekonomi kreatif sebagai penguat perbaikan ekonomi pasca pandemi covid-19 oleh Diana Sari, di Gedung Merdeka Museum KAA, Kota Bandung. (28/05/2022). Klab Journativist/ Rafi Miftah Falah
JT – Dalam memperingati ulang tahun Konperensi Asia Afrika (KAA) yang ke-67, Museum Konperensi Asia Afrika (KAA) menyelenggarakan pertemuan pelajar internasional yang bertajuk “Asian African Friendship Day : Internasional Student Gathering”. Pertemuan yang mengusung tema “Developing Creative Economy in Asia and Africa for Global Economic Recovery” diselenggarakan di Bandung, tepatnya di dalam Gedung Merdeka pada 28 Mei 2022.
Acara ini mendapat sambutan khusus dari walikota Bandung, H.Yana Mulyana yang diwakilkan oleh kepala dinas pariwisata dan kebudayaan kota Bandung Dewi Kania Sari, sambutan pembuka oleh direktur jenderal informasi dan diplomasi publik Dr. Teuku Faizasyah yang diwakili oleh direktur keamanan diplomatik Agung cahaya sumirat, lalu yang terakhir ada pidato kunci atau keynote speech dari direktur jenderal asia pasifik dan afrika Abdul Kadir Jailani yang diwakili oleh sekretaris direktorat jenderal asia pasifik dan Afrika Trisari Dyah Paramita. Adapun acara ini dimoderatori oleh seorang dosen program studi ilmu politik, Universitas Padjadjaran, Dra. Mudiyati Rahmatunnisa.
Penyelengaraan acara dilakukan secara hybrid (di Museum dan melalui meeting zoom) dan mendapat antusiasme yang tinggi dilihat dari banyaknya peserta yang hadir secara offline maupun online. Peserta yang menghadiri acara secara offline mencapai batas kuota yang telah ditentukan yaitu 100 orang, dan dihadiri secara online oleh 150 orang lainnya.
Sesuai dengan tema yang diangkat yakni ekonomi kreatif, Museum KAA mengundang sejumlah narasumber, salah satunya adalah Direktur Inovasi dan Korporasi, Universitas Padjadjaran, Diana Sari. Beliau memaparkan pembahasannya mengenai ekonomi kreatif sebagai penguat perbaikan ekonomi pasca pandemi covid-19. Setelah penjelasan singkatnya mengenai apa itu ekonomi kreatif, beliau juga menyebutkan prestasi Indonesia sebagai peringkat ke-3 dalam kesuksesannya menjalankan ekonomi kreatif. “Indonesia’s creative economy is third ranked, USA as the first ranked with it’s film industry and followed by South Korea as the second ranked with its k-pop industry,” jelasnya.
Beliau juga memaparkan contoh-contoh sektor ekonomi yang sukses mengantarakan Indonesia ke peringkat ke-3. Sektor-sektor ekonomi yang sukses berkembang diantaranya: gaya busana, kerajinan tangan, kuliner, teknologi, pemasaran digital. Menurut beliau, kunci untuk bertahan di situasi seperti ini adalah inovasi dan kreativitas.
“Innovation and creativity are keys to survive,” tuturnya.
Selepas pembahasan pertama yang dituturkan oleh Ibu Diana Sari, pembahasan kedua dilanjutkan oleh Diar Nurbintoro selaku Sekretaris Eksekutif Pusat Gerakan Non-Blok untuk Kerjasama Teknis Selatan Selatan. Beliau mengangkat pembahasan mengenai peluang kerjasama teknis untuk peningkatan kapasitas di bidang ekonomi kreatif. Selain itu beliau juga menjelaskan bagaimana cara meningkatkan partisipasi generasi muda dalam kerjasama teknis. Pembahasan yang dipaparkan oleh Pak Diar Nurbintoro ini memberikan banyak pengetahuan yang relevan, mengingat pertemuan pelajar internasional ini didominasi oleh anak muda. Selain itu, Museum Konperensi Asia Afrika (KAA) juga mengundang seorang narasumber yang sekaligus menjadi narasumber terakhir yaitu Rilly Robbi Gusadi. Beliau adalah pendiri The Hallway Space di Pasar Kosambi, Bandung. Idenya mengubah bagian terbengkalai di Pasar Kosambi menjadi tempat kreatif adalah kontribusi nyata dalam perwujudan ekonomi kreatif. Beliau mengubah area pasar tradisional yang telah terbengkalai selama 15 tahun menjadi tempat untuk menampung gerakan kreatif. Selain memperkenalkan Pasar Kosambi, beliau juga menjelaskan kosep di balik Pasar Kosambi itu sendiri, yaitu untuk membangun tempat kreatif yang dapat mendukung pergerakan ekonomi dan sosial yang memberikan dampak.
“The concept is to create a creative platform to support economic and social impacts,” jelasnya.
Seluruh pembahasan yang disampaikan ketiga narasumber mendapat perhatian para peserta dan berjalan dengan kondusif. Setelah seluruh pembahasan selesai, acara pun dilanjutkan dengan sesi quiz untuk mencairkan suasana. Pertanyaan singkat yang disebutkan oleh moderator dapat dijawab dengan mudah oleh peserta. Namun tak hanya moderator yang dapat memberikan pertanyaan singkat, peserta pun diberikan kesempatan untuk bertanya pada sesi tanya-jawab yang ditujukan kepada ketiga narasumber. Sama hal nya dengan sesi quiz, kesempatan bertanya pada sesi tanya-jawab pun diberikan kepada seluruh peserta, baik yang hadir secara offline maupun online.
Menuju penghujung acara, dalam rangka menyambut para pelajar internasional ke dalam komunitas Sahabat Museum Konferensi Asia Afrika (SMKAA), dilakukan penyematan secara simbolis kepada dua orang perwakilan pelajar yang masing-masing berasal dari Asia (Afganistan) dan Afrika (Guinea-Bissau).
Penyematan itu sendiri dilakukan oleh Ibu Dahlia Kusuma Dewi selaku Kepala MKAA (Museum Konferensi Asia-Afrika) dan Dena Azkia Arifin sebagai perwakilan dari administrator SMKAA (Sahabat Museum Konferensi Asia-Afrika).
Penulis: Gina Alya
Editor : Natasya Septiani