Wolff Schoemaker memakai pakaian wisuda. Foto: Wikipedia.
Gedung Merdeka dibangun pertama kali pada tahun 1895, dan diberi nama Sociëteit Concordia. Gedung Sociëteit Concordia dipergunakan sebagai tempat rekreasi dan sosialisasi oleh sekelompok masyarakat Belanda yang berdomisili di Kota Bandung dan sekitarnya. Mereka adalah para pegawai perkebunan, perwira, pembesar, pengusaha, dan kalangan lain yang cukup kaya. Pada hari libur, terutama malam hari, gedung tersebut dipenuhi oleh mereka untuk berdansa, menonton pertunjukan kesenian, atau makan malam.
Pada tahun 1926 bangunan ini direnovasi oleh arsitek Wolff Schoemacher, Aalbers dan Van Gallen. Dari ketiga nama itu, ada satu nama yang pernah saya kunjungi makamnya, yaitu Wolff Schoemacher. Lantas siapakah beliau yang telah merancang Gedung Merdeka ini.
Nama lengkapnya adalah Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker, lahir di Banyubiru, Semarang, pada tanggal 18 Juli 1882. Beliau merupakan anak kedua dari pasangan Jan Prosper Schoemaker, seorang pensiunan Mayor Infanteri, dan Josephine Charlotte Wilhelmina Wolff. Lahir dan dibesarkan di Hindia Belanda, Schoemaker pernah bersekolah di HBS te Nijmegen, dan setelah lulus dari HBS dia melanjutkan pendidikannya ke Koninklijke Militaire Academie Breda (KMA Breda) jurusan Civiel Ingenieur.
Setelah menyelesai pendidikannya di KMA Breda. Schoemaker kembali ke Hindia Belanda dengan kapal uap bernama “Koningin Regentes” sebagai Letnan Dua Korps Zeni Koninklijk Nederlands-Indische Leger (Angkatan Darat Kerajaan Belanda di Hindia Belanda). Dia ditugaskan di Cimahi, sebuah kota garnisun. Saat Schoemaker tiba di Hindia Belanda dan berstatus sebagai insinyur, kondisi disana masih dalam masa pertempuran, tidak diketahui apakah Schoemaker terlibat dalam operasi militer atau tidak.
Pada tanggal 3 Februari 1911 Schoemaker diberhentikan dengan hormat dari militer atas permintaannya sendiri. Setelah itu, Scoemaker membuka perusahaan sendiri dimana dia menjadi wakil direktur perusahaan konstruksi swasta “NV De Bouwploeg” di Weltevreden, Batavia. Kemudian, ditahun 1911-1914 Schoemaker bekerja sebagai insinyur di Burgerlijke Openbare Werken (BOW) atau Departemen Pekerjaan Umum. Seiring berjalannya waktu, Schoemaker diangkat sebagai Direktur Pekerjaan Umum di Batavia selama 3 tahun (1914-1917). Setelah bekerja di Batavia, Schoemaker mulai bekerja di Bandung dan bergabung dengan Algemeen Ingenieur Architectenbureau (AIA).
Selain bergabung dengan (AIA), pada tahun 1922-1924 Schoemaker diangkat sebagai guru besar luar biasa/tidak tetap di Technische Hoogeschool te Bandoeng (TH Bandung) atau saat ini dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB). Sebelumnya Schoemaker sempat menggantikan adiknya Prof. Ir. Richard Leonard Arnold Schoemaker mengajar di HT Bandung selama adik-nya cuti ke luar negeri (1920-1921). Sama seperti Schoemaker, Richard juga merupakan lulusan KMA Breda jurusan Zeni/civiel ingenieur, dan sama-sama menjadi arsitek, guru besar, dan pernah mengajar di TH Bandung, bahkan lebih dahulu diangkat menjadi guru besar daripada Schoemaker (1921-1924). Perbedaan antara adik kakak tersebut terlihat dari Richard yang memperdalam keahliannya dengan mengambil gelar Ingenieur dari jurusan bouwkunde ingenieur/arsitektur di TH Delft. Sedangkan Schoemaker, cukup mengandalkan ilmu teknik sipil dari KMA Breda yang kemudian dikembangkan sendiri.
Pada periode tahun 1924-1940, Schoemaker diangkat menjadi guru besar tetap arsitektur di TH Bandung. Dan pada periode 30 Juni 1928-28 Juni 1930, Schoemaker kemudian diangkat menjadi Sekretaris Faculteit van Technische Wetenschap TH Bandung. Dan dilanjut pada tanggal 16 Juni 1934-2 Agustus 1935, Schoemaker diangkat sebagai Rektor/Voorzitter der Faculteit van Technische Wetenschap TH Bandung menggantikan Prof. Ir. H. C. P. De Vos.
Selama menjadi guru besar di TH Bandung, ia juga pernah menjadi guru besar sementara di TH Delft dalam rangka pertukaran staf pengajar. Posisinya di Bandung digantikan oleh adik kandungnya, Prof. Richard. Sedangkan di Delft, Schoemaker sendiri mengisi kursi adiknya, Richard. Selain mengikuti pertukaran pengajar, Schoemaker pernah menjadi guru Sang Proklamator kemerdekaan Indonesia, Soekarno. Guru dan murid ini sangat dekat sekali. Kedekatan mereka masih berjalan hingga akhir hayat Schoemaker.
Di akhir jabatannya, pada bulan Desember 1940 Schoemaker menyatakan pensiun sebagai guru besar TH Bandung. Dengan demikian, selesailah jasanya selama 18 tahun (1922-1940) sejak dibukanya TH Bandung sampai menjelang masuknya Jepang ke Indonesia.
Pada tanggal 22 Mei 1949, Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker meninggal dunia karena sakit. Jenazahnya dimakamkan di Ereveld Pandu, Bandung. Atas jasa Schoemaker kepada Soekarno, Soekarno memberi penghormatan terakhir kepada sang guru dengan merancang nisan untuk-nya.
Penulis : Farly Mochamad/Young Announcer