Home / Berita / Sejarah

Sabtu, 12 Oktober 2024 - 18:42 WIB

Selain KAA Sebagai Perjuangan Perdamaian,Ternyata Ada Festival Filmnya

-Festival-Film-Asia-Afrika-III-pada-1964

-Festival-Film-Asia-Afrika-III-pada-1964

SMKAA-Banyak dari Teman-teman yang tahu tentang Konferensi Asia Afrika seperti dimana tempatnya dan perjuangan. Tapi, sebagian besar masih belum tahu tentang Festival yang satu ini. Untuk selengkapnya akan dibahaskan dibawah ini.

Festival Film Asia Afrika adalah sebuah acara internasional dimana untuk mengenalkan film-film terbaik dari berbagai negara di Asia dan Afrika pada tahun 1964.Festival inipun terinspirasi dari KAA 1955 dimana memiliki jiwa persatuan dan kesatuan antar perbedaan.Dilansir dari Britannica, Pertukaran Cinema Asia-Afrika yang menjadi cikal-bakal Festival ini dimulai pada Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung, Indonesia.Beberapa negara sudah mempunyai produksi film terbaik kebanyakan dari Jepang,India,dan Mesir. Sayangnya, beberapa negara di Asia Afrika salah satunya Benua Afrika belum memiliki produksi film nasional dikarenakan masih bergantung pada barat dan koloninya. Komunike resmi festival diumumkan sesuai dengan “prinsip-prinsip Konferensi Bandung” dan “di bawah tanda perdamaian dan persahabatan antarbangsa”.Ketika Festival Film Asia-Afrika Pertama (AAFF) diselenggarakan di Tashkent, pada tahun 1958, hanya 14 negara Asia dan Afrika yang mengikuti, bersama dengan delapan negara republik Soviet di Asia. Karena acaranya di tiga ibukota, jadi akan dijelaskan secara ringkas gambarannya.

FESTIVAL FILM ASIA AFRIKA 1958

Festival Asia Afrika yang pertama diadakan di Ibukota Tashken, Uzbekistan tahun 1958 setelah Konferensi Asia Afrika dimana dihadiri banyak cinemaker dan pemain film di acara itu. Dilansir dari Cinema in the Spirit of Bandung: The Afro-Asian Film Festival Circuit, 1957-1964 karya Elena Razlogova, Festival Pertama ini untuk cinema Asia dan Afrika mengundang lebih dari seratus pembuat film dari Asia dan Afrika, dan pengamat dari Amerika Latin. Saat itu, cinema menjadi senjata utama pembebasan. Banyak negara peserta yang saat itu disebut Dunia Ketiga mengejar aliansi strategis dengan Uni Soviet dan Dunia Kedua sosialis untuk melawan kolonialisme, kapitalisme, dan imperialisme Barat. Pada pembukaan di Tashkent pada akhir Agustus 1958, Soviet memuji semangat Bandung dan Pekan Film Asia sebagai inspirasi. Festival film tersebut didahului oleh Konferensi Pengarang Asia Afrika yang terkait selama sebulan, yang didukung oleh AAPSO pada tahun 1957. Pejabat Soviet dan Uzbekistan, termasuk Menteri Kebudayaan Soviet Nikolai Mikhailov, berpidato pada upacara pembukaan. Festival tersebut tidak memberikan penghargaan apa pun untuk memasukkan Maroko dan Ghana dengan film dokumenter pertama mereka di samping India dan Mesir, yang masing-masing memproduksi ratusan film cerita setiap tahun. Hal utama yang menjadi pemenang dalam perfilmannya adalah:

  • Best Film
  • Best Actor
  • Best Actress
  • Best Music Direction
  • Best Art Direction
  • Best Documentary Film
baca juga  Diskusi “Protection of Indonesian Citizen Abroad: The Other Side of Indonesian Diplomacy” Bersama Sekdilu Angkatan 41 Kementrian Luar Negeri RI

Sayangnya, tercatat belum ada yang berhasil mendapatkan ini.

FESTIVAL FILM ASIA AFRIKA CAIRO 1960

Festival Film Asia Afrika Kedua diadakan di Ibukota Kairo,Mesir.Dilansir dari Cairo’s First International Asian African Film Festival karya Clara Kossaifi,Pada tanggal 26 Febuari, berita harian Mesir al-Ahram mengumumkan pembukaan edisi kedua Festival Film Afro-Asia yang akan diselenggarakan di Kairo.Pengumuman ini menampilkan logo festival, mirip dengan yang ditampilkan pada poster festival . Logo ini berupa gulungan film yang membungkus benua Afrika dan Asia, yang menandakan persatuan yang dicita-citakan oleh acara ini setelah pembebasan antikolonial. Penekanan pada cinema, yang secara visual terwakili dalam gulungan film yang merangkul,menunjukkan peran penting yang dimainkan budaya dalam gerakan solidaritas yang muncul pada saat itu.Jadinya membuat masyarakat senang terutama di Asia Afrika yang menyukai perfilman. Sehingga tahun 1960, Mesir menyelenggarakan Festival Film Asia Afrika sebagai bagian dari inisiatif yang lebih besar untuk mendukung perkembangan seni film di kedua benua. Festival ini juga dirancang untuk menunjukkan kepada dunia Barat bahwa negara-negara Asia dan Afrika mampu memproduksi karya-karya film yang berkualitas tinggi dengan tema-tema yang mencerminkan perjuangan dan kehidupan masyarakat di kawasan ini.

Para peserta festival ini berasal dari berbagai negara di Asia dan Afrika, termasuk Mesir, India, Indonesia, Sudan, dan beberapa negara Afrika lainnya. Di tengah situasi geopolitik yang sedang berubah dengan cepat, festival ini memberikan ruang bagi para pembuat film untuk mengekspresikan pandangan mereka tentang dunia pasca-kolonial yang baru.

Film-film yang diputar dalam festival ini banyak yang bertema perjuangan kemerdekaan, pembebasan, serta dinamika sosial dan politik di negara-negara yang sedang berkembang. Mesir sendiri, sebagai tuan rumah, menampilkan sejumlah karya film yang menonjolkan budaya dan sejarah Mesir serta peran penting negara itu di panggung politik internasional. Hal utama yang menjadi pemenang dalam perfilmannya adalah:

  • Best Film
  • Best Actor
  • Best Actress
  • Best Music Direction
  • Best Art Direction
  • Best Documentary Film
baca juga  Masih Bingung dengan Open Recruitment SMKAA 2023, Yuk Simak Jadwal Sampai Tahapannya

Dalam catatan bahwa pemenang Aktor terbaik adalah Sivaji Ganesan for Veerapandia (Dir. B. Ramakrishnaiah Panthulu, 1959) dari India.

FESTIVAL FILM ASIA AFRIKA DI JAKARTA 1964

Festival Film Asia Afrika Ketiga diadakan di Ibukota Jakarta, Indonesia. Dilansir dari Britannica, Setelah Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955, ada dorongan yang kuat untuk mempererat hubungan antara negara-negara di kedua benua ini, tidak hanya dalam hal politik dan ekonomi, tetapi juga budaya. Pada dekade 1960-an, gerakan dekolonisasi semakin berkembang, dan banyak negara Asia dan Afrika baru saja merdeka dari kekuasaan kolonial Eropa. Indonesia, di bawah pemerintahan Presiden Sukarno, berusaha memposisikan diri sebagai pemimpin dalam solidaritas dunia ketiga. Dalam konteks inilah, Festival Film Asia Afrika diadakan pada tahun 1964. Festival ini dihadiri oleh banyak negara dari Asia dan Afrika, yang mengirimkan karya-karya film mereka. Film-film yang ditampilkan mencerminkan berbagai tema seperti perjuangan kemerdekaan, kehidupan pasca-kolonial, dan identitas budaya. Beberapa film juga mengeksplorasi ketidakadilan sosial, kesetaraan, serta keanekaragaman budaya dari negara-negara yang baru saja merdeka.

Hal utama yang menjadi pemenang dalam perfilmannya adalah:

  • Best Film
  • Best Actor
  • Best Actress
  • Best Music Direction
  • Best Art Direction
  • Best Documentary Film

Dalam catatan bahwa pemenang Aktor terbaik adalah S. V. Ranga Rao for Nartanasala / The Dance Pavilion (Dir. Kamalakara Kameswara Rao, India, 1963) dari India, Film terbaiknya adalah The Open Door / El bab el maftuh (Dir. Henry Barakat, Egypt, 1963) dari Mesir,  Aktris terbaiknya adalah Faten Hamamah for The Open Door / El bab el maftuh (Dir. Henry Barakat, Egypt, 1963) dari Mesir,dan Pengambaran Terbaiknya adalah T.V.S Sarma for Nartanasala / The Dance Pavilion (Dir. Kamalakara Kameswara Rao, India, 1963) dari India.Jadi, bahwa acara Festival Film Asia Afrika selain untuk merayakan award dan lainnya. Tetapi, ini juga sebagai gerakan perdamaian dan persatuan melalui karya seni yang ada.

Penulis: Edukator/Senore Arthomy Amadeus

Editor: JT/Cellinda Utami Koesuwandani dan Friska Damayanti

Share :

Baca Juga

Berita

{That Country No Longer Exist} British Cyprus, Salah Satu Negara Peserta KAA 1955 Yang Hilang Di Peta

Sejarah

Federasi Afrika Tengah, Satu-Satunya Negara Yang Tidak Ikut KAA 1955

Sejarah

Tari Merak, Salah Satu Tari Dari Jawa Barat Yang Ditampilkan Di KAA 1955

Sejarah

Perangko Dalam Lintasan Sejarah, Saat Pelaksanaan dan Pasca Konferensi Asia Afrika 1955

Sejarah

Jarang Orang Tahu, Angklung Pernah Tampil 69 Tahun Silam di Acara Konferensi Asia Afrika

Berita

Gelar Seminar Nasional di Gedung Merdeka, MKAA Tegaskan Dukung Pelestarian  Terhadap Aset Diplomasi

Sejarah

Wisata Kuliner Nusantara Orang Eropa di Masa Kolonial

Berita

SMKAA Hadirkan Talkshow Bertema ‘Plan Your Future’