SMKAA-Pada tahun 1955, Konferensi Asia Afrika dilaksanakan di kota Bandung dimana banyak dari negara-negara Asia dan Afrika datang ke kota itu yang bertujuan terciptanya sebuah gerakan perdamaian yang disebut Dasasila Bandung. Lewat prinsip-prinsip yang dipakai. Meskipun acara ini memilikinya pembahasan yang berat, para delegasi dihibur dengan berbagai seni budaya Indonesia seperti Angklung dan Tari Merak. Untuk selengkapnya akan dijelaskan dibawah berikut.
Sejarah Singkat Tari Merak
Dilansir dari Kompas.com, Tari Merak adalah sebuah tarian Indonesia yang berasal dari Jawa Barat dimana identik dengan aksen burung pada kostum penari, lengkap dengan bulu-bulunya. Tari Merak sendiri diciptakan pada tahun 1950 oleh seorang Seniman Sunda Tjetje Soemantri dimana terinspirasi dari terbangnya burung Merak. Dilansir juga dari Ensiklopedia & Seni Budaya,Gendhi Prasa (2009), gerakan dasar di tari Merak mengupdate gerakan-gerakan karakteristik burung Merak. Beberapa gerakan tersebut seperti:
1.Galier, yang menirukan gerakan burung Merak ketika menoleh.
2.Gilek, yang menggambarkan atau menirukan gerakan burung Merak saat menggelengkan kepala.
3.Ukel atau Mucuk, yang merupakan gambaran gerakan memutar tangan.
4.Selut, yaitu gerakan tangan ke arah depan atau atas secara bergantian.
5.Ngoreh, yang menggambarkan gerakan burung Merak saat mencari makanan dengan kaki yang menggaruk-garuk tanah.
6.Trisik, yaitu gerakan peralihan antara 2 gerak pokok di dalam susunan tari, biasanya dilakukan dengan berkeliling sambil berjinjit kaki.
Sesuai dengan namanya, tari Merak adalah gambaran dari kehidupan seekor burung Merak. Gerakannya diambil dari tingkah laku burung Merak jantan ketika ingin memikat burung Merak betina. Gerakan burung Merak jantan yang memperlihatkan keindahan bulu ekornya pada saat ingin menarik perhatian burung Merak betina terlihat jelas dalam tarian Merak ini.
Seiring berjalannya waktu, tari Merak Jawa Barat telah mengalami beberapa perubahan mulai dari gerakan aslinya. Dalam pertunjukannya, biasanya tari Merak ditampilkan dengan cara berpasang-pasangan.Masing-masing berperan sebagai burung merak jantan dan burung Merak betina. Dengan musik pengiring gending macan tutul, maka penari mulai menggerakan tubuhnya dengan gemulai layaknya tingkah laku burung Merak.
Gerakan Merak yang sangat indah dan mempesona membuat suasana penuh keceriaan dan keistimewaan tersendiri.Dilansir dari Bandung.co.id, Sejak diciptakan, Tari Merak ini sempat ditampilkan selama lima kali, seperti dalam rangkaian kegiatan KAA di halaman belakang Gedung Pakuan pada dan Hotel Orient, Bandung tahun 1955; tahun 1957 dalam rangka menyambut kehadiran Voroshilof, Presiden USSR (Rusia) di Gedung Pakuan; di Hotel Savoy Homann tahun 1958 dan tahun 1958 dalam pertunjukan tari di YPK.Sepeninggal Raden Tjetje Somantri pada Tahun 1963, Irawati Durban sebagai muridnya disempurnain lagi tatanan Tari Merak ciptaan Rd. Tjetje Somantri dengan mengolah kembali struktur tariannya.
Seiring perkembangan zaman, Tari Merak mulai dikenal secara luas. Tarian merak merupakan tari modern atau kontemporer, dimana setiap gerakan dalam tarian ini diciptakan secara bebas dengan kreasi sendiri. Tari ini bukan tarian tradisional atau tarian klasik.Tarian ini terinspirasi dari burung Merak dan diadaptasi dari gerak-gerik burung Merak jantan dengan pesona bulu-bulu ekornya yang cantik saat memikat Merak betina serta mempunyai bulu yang indah, seperti kostum yang dipakai oleh para penarinya. Biasanya tarian ini dijadikan hiburan atau sambutan kepada tamu di acara besar. Makna dari Tari Merak ini adalah perwujudan atas rasa kagum terhadap keindahan burung Merak di alam bebas.
Tari Merak Di Konferensi Asia Afrika
Masih dilansir dari Bandung.co.id, semenjak diciptakannya tarian ini dimana tahun 1955 tepat saat pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, tari merak ini ditujukan untuk menghibur para delegasi Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955. Sejak diciptakan, tari merak telah beberapa kali dipentaskan.Pertunjukan tari Merak pertama digelar dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) di belakang Gedung Pakuan pada 1955 dimana Gedung ini jadi tempat istirahatnya delegasi KAA di masa itu. Saat pelaksanaan Tari Merak ini, beberapa delegasi sempat hadir seperti Perdana Menteri Burma U Nu dan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser.Dilansir dari Podcast Pusbitari saat wawancara salah satu murid Setiasih dari Tari Merak yang pernah berperan menari di KAA 1955, saat itu Beliau berasal dari Jawa yang akhirnya pindah bersama adiknya ke Bandung dan belajar menari Sunda, Setiasih berpikirk, jika secara metode menarinya sama dengan cara tari yang di Jawa. Setiap harinya, diajarkan tari oleh Tjetje tersebut dan sempat diberi ajaran cara Tari Dewi sendiri atau Tari Dewi secara bersamaan. Sehingga suatu saat pada hari-hari sebelum KAA 1955, beliau dengan teman-temannya diajarkan secara detail oleh Tjetje Soemantri cara menari Tari Merak dan saat mulainya KAA 1955 diperkuat dilansir dari Irawati Durban.com, Tari Merak yang diciptakan oleh beliau khusus untuk menyambut Konferensi Asia Afrika pada 1955.
Penampilannya tidak seberhasil ketika menciptakan tari Kukupu. Tapi, meskipun belum berhasil, banyak delegasi yang memberi tepuk tangan kepada mereka. Jadi, tari dan salah satunya tari Merak sempat ditampilkan di KAA 1955 yang membuat banyak delegasi menyukai tarian tersebut.
Penulis: Edukator/Senore Arthomy Amadeus
Editor: JT/Cellinda Utami Koesuwandani