SMKAA-Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) tmengadakan acara diskusi yang membahaskan tentang kebudayaan, toleransi,dan lainnya yang menyangkut dengan solidaritas di Kota Bandung, Senin 8 Juli 2024.
Wakil Menteri Luar Negeri RI Pahala Nugraha Mansury menyerukan pentingnya toleransi dan solidaritas dalam mengatasi berbagai tantangan global. Tanpa keduanya, tantangan-tantangan yang ada akan sulit dihadapi.
“Hanya dengan toleransi, solidaritas, dan mengatasi perbedaan, kita akan mampu menghadapi tantangan dan mencapai pembangunan berkelanjutan bagi semua,Indonesia itu memang sangat berbeda. Tapi karena perbedaan itu seharusnya menjadi penguat bagi kita ” ucap Wamenlu.
Selama acara berlangsung, banyak anggota Sahabat Museum Konperensi Asia Afrika (SMKAA) beserta beberapa komunitas yang mengikuti acara tersebut . Menurut Almahikha Putri Sabina sebagai salah satu anggota SMKAA acara menyebut dengan adanya acara ini kita bisa mempelajari adanya toleransi dan bisa bertemu pegiat-pegiat yang ternyata punya perhatian khusus tertentu dan salah satu contohnya ada yang memerhatikan pada tidak kelompok yang marginal atau contoh lain ada dari salah satu narasumber yakni Mrs. Eliff.
Selain itu, beberapa universitas diundang di acara tersebut yang tentunya membahas bidang masing-masing seperti ada yang mendiskusikan Keislaman dan lainnya. Sehingga, dialog ini pun menjadi pembahasan juga tentang lintas agama dan pembahasannya ini menggunakan berbahasa Inggris disebabkan ada narasumber/tamu yang berasal dari luar negeri yakni Austria.
Mengutip dari Tempo.com, Pahala Mansury menyampaikan tiga tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini. Pertama, fragmentasi dan perpecahan yang ditandai dengan ketegangan geopolitik antar negara dan rendahnya toleransi sosial dalam masyarakat. Permasalahan kedua adalah perubahan demografi, yaitu transformasi dan kesenjangan digital, dimana sepertiga penduduk dunia masih belum menikmati akses internet.
Tantangan-tantangan ini semakin meningkatkan kesenjangan dan kesenjangan antar negara dan komunitas, serta mempersulit penyelesaian permasalahan global, termasuk perubahan iklim dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Demi mengatasi tantangan ini, wakil menteri menyarankan dua pendekatan. Saran pertama adalah mengarusutamakan nilai-nilai toleransi dan solidaritas universal yang terkandung dalam seluruh ajaran agama, kepercayaan, dan budaya.
Dalam konteks hubungan sosial, hal ini berarti menghormati semua agama, kepercayaan, dan budaya. Selain itu, solidaritas juga perlu ditanamkan, termasuk dalam penanganan perubahan iklim dan memastikan tercapainya SDGs untuk semua.Saran kedua adalah mengatasi ujaran kebencian dan misinformasi.
Dalam hal ini, Pahala menekankan peran tokoh agama dan masyarakat sangat penting dalam mendorong dan menjaga pemahaman antar agama dan budaya melalui dialog.Lalu, menurut Kemenag.co.id menyebut Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam), Kemenag, Kamaruddin Amin mengungkapkan, lewat moderasi beragama, konstitusi Indonesia menjamin kebebasan beragama setiap warga negara. Pemerintah, imbuhnya, berkomitmen untuk memastikan setiap warga negara menikmati hak dan tanggung jawab yang sama tanpa diskriminasi.
Penulis: Edukator/Senore Arthomy Amadeus
Editor: JT/Muhammad Iqbal Alhilal