Home / Tokoh

Rabu, 29 September 2021 - 08:00 WIB

Api Semangat Nelson Mandela di Gedung Merdeka

Nelson Mandela memakai baju batik. Foto: BBC News Indonesia.

Panitia KAA (Konferensi Asia Afrika) 1955 mempunyai dua syarat untuk mengundang negara peserta KAA 1955. Dua syarat itu, suatu negara berpemerintahan sendiri dan berdaulat. Syarat-syarat itu diputuskan oleh lima perdana menteri sponsor KAA 1955 di Konferensi Bogor pada Desember 1954. Dengan syarat tersebut akhirnya panitia KAA 1955 mengundang empat delegasi penuh Afrika, yaitu Liberia, Gold Coast (kini Ghana), Sudan, dan Ethiopia.  Suara rakyat Afrika terdengar nyaring di KAA 1955 melalui mereka.

Federasi Afrika Selatan awalnya memang diragukan untuk diundang, mengingat di negara itu masih berlaku praktik diskriminasi rasial. Akibatnya, panitia KAA 1955 memutuskan untuk tidak mengundang Afrika Selatan meskipun Afrika Selatan sebenarnya saat itu memenuhi syarat. Keputusan itu ternyata tak membuat surut niat dua aktivis Afrika Selatan, Moses Kotane dan Ismail Ahmed Maulvi Cachalia bertekad pergi ke Bandung. Salah satu dari mereka yaitu Moses Kotane adalah kawan diskusi sekaligus lawan debat yang akrab dengan Nelson Mandela. Dalam otobigrafinya, Long Walk to Fredom, Mandela menulis jika Moses sering datang ke rumahnya pada malam hari dan berdebat sampai pagi. Perdebatan itu menyoal konflik di dalam tubuh ANC.

baca juga  Mochtar Kusumaatmadja, Bapak Hukum Laut Indonesia

Bapak Bangsa Afrika Selatan, Nelson Mandela mempunyai kekaguman terhadap Presiden pertama Indonesia, Soekarno. Di mata Mandela, Soekarno adalah tokoh yang membakar semangatnya dalam memperjuangkan rakyat Afrika Selatan. Cerita kekaguman tokoh yang sering dipanggil dengan nama klan Xhosa-nya, Madiba itu, terekam baik saat Mandela mengunjungi Indonesia pada 21 Oktober 1990. Mandela kala itu mengunjungi Gedung Asia Afrika (Gedung Merdeka) di Bandung.

Ketika Nelson Mandela datang ke Gedung Merdeka lalu menanyakan foto Soekarno “Where is The Picture Of Soekarno? Every Leaders Came To Bandung Because Soekarno.”, membuat bingung pejabat Indonesia yang kala itu mendampingi Mandela berkunjung ke Bandung, saat itu ada Sidardo Danusubroto yang menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat, Gubernur Jawa Barat, Yogie Suardi, dan para pejabat Republik Indonesia lainnya yang datang menemani Mandela, saat itu tidak ada satupun pejabat yang menjawab pertanyaan Mandela. Mereka saling memandang, tak tahu berkata apa karena tak mungkin memasang foto Soekarno di Gedung Merdeka ketika itu. Menurut Sidarto di Gedung yang bersejarah bagi bangsa-bangsa Asia Afrika itu hanya ada foto tokoh-tokoh yang menginisiasi pertemuan Konferensi Asia Afrika, di antaranya Ali Sastroamidjojo, Roeslan Abdulgani dan tokoh-tokoh lainnya.

baca juga  Museum untuk Semua

Nelson Mandela, revolusioner anti-apartheid Afrika Selatan, mengagumi betul Bung Karno. Mandela muda membelajari pidato Bung Karno dan menggunakannya sebagai alat perjuangan. Mandela mengakui bahwa Indonesia mendapatkan tempat khusus di hatinya karena figur Bung Karno. Dari Indonesia, Mandela membangun sebuah imajinasi politik bahwa bangsa yang merdeka, pertama-tama harus berdaulat.

Penulis :  Farly Mochamad/Young Announcer

Share :

Baca Juga

Tokoh

Belajar Perjuangan Bangsa dari Sosok Ali Sastroamidjojo

Tokoh

Peran Penting Roeslan Abdulgani dalam Konferensi Asia-Afrika Tahun 1955

Tokoh

Mengenal Abah Landoeng Saksi dan Pelaku Sejarah KAA 1955, yang Banyak Berkontribusi untuk Bangsa Indonesia

Tokoh

Mengenal Sosok Inen Rusnan Fotografer Termuda Dalam Konferensi Asia-Afrika 1955

Tokoh

Inggit Garnasih, Menemani Sukarno sampai Gerbang Kemerdekaan 

Tokoh

Sang Arsitek Gedung Merdeka : Wolff Schoemaker

Tokoh

Mochtar Kusumaatmadja, Bapak Hukum Laut Indonesia