Home / Tokoh

Sabtu, 4 Desember 2021 - 13:00 WIB

Peran Penting Roeslan Abdulgani dalam Konferensi Asia-Afrika Tahun 1955

Roeslan Abdulgani, Sang Saka Melanglang Djagad. Foto : Wikipedia.

Sosok Sekretaris Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang satu ini memang memiliki peranan sangat penting dalam gelaran akbar Konferensi Asia-Afrika (KAA). Pada awalnya, Roeslan ditugaskan di Kementerian Penerangan (Kemenper). Namun, pada tahun 1954 ia dipindahkan ke Kementerian Luar Negeri (Kemlu) di bawah Kabinet Ali Sastroamidjojo.

Roeslan Abdulgani atau sering disapa Cak Roes lahir di Surabaya pada tanggal 24 November 1914, ia dianugerahi 5 orang anak dari istrinya, Sihwati Nawangwulan. Sebelum bekerja di Kemenper dan Kemlu ia turut andil dalam melawan penjajah di kota kelahirannya Surabaya pada 10 November 1945 yang saat ini diperingati sebagai hari Pahlawan.

Mantan Menteri era Orde Baru ini memiliki hobi menulis dan membaca. Bahkan menurut keterangan anak bungsunya, yaitu Hafilia R. Ismanto, Cak Roes diperkirakan mempunyai sekitar 10.000.00 koleksi buku yang sebagiannya sudah disumbangkan kepada Perpustakaan di Museum Bung Karno di Blitar, Jawa Timur.

Ia merupakan sekretaris hasil Sekretariat Bersama dalam Konferensi Asia-Afrika tahun 1955. Perannya sangatlah vital, ia harus mempersiapkan segala sarana dan prasarana untuk menunjang acara tersebut. Selain mempersiapkan segala kebutuhan sarana prasarana, Roeslan Abdulgani bersama Sekretariat Bersama turut memperbanyak selebaran pidato-pidato yang dibacakan oleh sejumlah delegasi yang hadir dalam konferensi tersebut.

Selain terlibat aktif dalam konferensi di Bandung, Roeslan juga memiliki peranan penting lainnya, yaitu turut andil dalam upaya pencatatan rangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi selama acara KAA dari tanggal 18-24 April 1955. Bahkan, sebelumnya Roeslan juga sempat meyakinkan Presiden Soekarno agar menerima saja ide dari Ali Sastroamidjojo untuk tidak mengubah arsitektur Societiet Concordia yang kelak namanya menjadi Gedung Merdeka. 

baca juga  Peringatan 68 Tahun KAA, Sejumlah Pelaku Sejarah Tahun 1955 Hadir Dalam Jamuan Teh Petang

Pada awalnya Soekarno keras kepala karena merasa lebih paham arsitektur. Kemudian Cak Roes mendengarkan keluh kesahnya, begitupun dengan keluh kesah Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Bisa dikatakan bahwa sosok Roeslan Abdulgani ini sebagai tokoh penengah kedua tokoh nasional tersebut.

Selain itu, Roeslan Abdulgani juga mempunyai momen yang tidak terduga yaitu bocornya atap Gedung Merdeka. Kala itu, Kota Bandung memang tengah diguyur hujan deras, padahal saat itu, panitia sudah menyiapkan sejumlah pawang hujan dan ritual. Namun, hujan tetap turun sangat deras pada waktu itu. Dengan sigap para panitia konferensi kemudian menutup gedung tersebut, agar tidak diketahui oleh para delegasi negara lain maupun para jurnalis. Sontak ia membuka pakaiannya untuk mengepel lantai Gedung Merdeka bersama dengan sejumlah tokoh lainnya.

Selepas konferensi, Roeslan masih turut aktif dalam upaya menghidupkan nilai-nilai Konferensi Asia-Afrika melalui dua buah buku hasil karyanya. Buku pertama berjudul ‘Sejarah Cita-Cita dan Pengaruhnya Konferensi Asia Afrika Bandung’ yang terbit tahun 1975. Kemudian, dilanjutkan pada buku kedua berjudul ‘The Bandung Connection’ yang dirilis tahun 1980 dan bertepatan dengan peringatan 25 tahun Konferensi Asia-Afrika. Buku tersebut merupakan sumber paling detail dan sangat jelas mengenai Konferensi Asia Afrika. Keputusan menunjuk pria asal Surabaya sebagai sekretaris pada acara KAA sangatlah tepat, sebab ia sangat intens menulis dan membaca. Hal tersebut, menjadikannya mudah dalam mengelola sekaligus menjalankan tugasnya pada tahun 1955 di Kota Bandung.

baca juga  Jarang Diceritakan, U Nu Seorang Nasionalis Myanmar Yang Juga Pelopor KAA

Berkat perannya yang sangat penting dan vital 66 tahun silam, Roeslan seringkali diundang oleh berbagai lembaga dalam sebuah acara untuk menjelaskan nilai-nilai dalam Dasasila Bandung, yang merupakan nilai pokok dalam Konferensi Asia-Afrika. Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah hidup berdampingan secara damai, kesetaraan semua bangsa-bangsa, tidak turut andil memihak pihak manapun dan merdeka atau lepas dari para penjajah.

Selepas selesainya Konferensi Asia Afrika, Cak Roes terus menggemakan nilai-nilai yang terkandung di dalam KAA, contohnya seperti dalam Buku ‘The Bandung Connection’ yang menggambar secara jelas dan detail mulai dari Konferensi Colombo, Bogor sampai Konferensi Asia-Afrika. Tujuan Roeslan Abdulgani menuliskan buku tersebut adalah untuk mengenalkan kepada generasi masa kini dan selanjutnya bahwa dulu telah terjadi sebuah konferensi besar yang digelar di Kota Bandung dan Indonesia merupakan tuan rumah konferensi tersebut dengan dihadiri sebanyak 29 negara termasuk Indonesia di dalamnya dari Asia dan Afrika.

Buku ‘The Bandung Connection’ sendiri merupakan buku paling lengkap yang menjelaskan tentang Konferensi Asia-Afrika. Cak Roes menuliskannya dengan berlandaskan pada catatan berupa dokumen dan memori yang masih dia ingat. Bahkan ada yang unik terkait buku tersebut, yaitu judul buku yang terinspirasi dari sebuah film berjudul The French Connection. Roeslan Abdulgani sampai akhir hayatnya tetap rajin menulis, beliau meninggal dunia pada tanggal 29 Juni  tahun 2005.

Penulis : M. Iqbal Al-Hilal/Journativist

Share :

Baca Juga

Puisi

Mendur Tak Kenal Mundur

Tokoh

Mengenal Abah Landoeng Saksi dan Pelaku Sejarah KAA 1955, yang Banyak Berkontribusi untuk Bangsa Indonesia

Tokoh

Mengenal Sosok Inen Rusnan Fotografer Termuda Dalam Konferensi Asia-Afrika 1955

Tokoh

Mochtar Kusumaatmadja, Bapak Hukum Laut Indonesia

Tokoh

Sang Arsitek Gedung Merdeka : Wolff Schoemaker

Sejarah

Konferensi Buruh Asia Afrika: Memperkuat Solidaritas dan Kerjasama

Tokoh

Inggit Garnasih, Menemani Sukarno sampai Gerbang Kemerdekaan 

Tokoh

Belajar Perjuangan Bangsa dari Sosok Ali Sastroamidjojo