Home / Berita

Minggu, 10 September 2023 - 10:02 WIB

Bulan Literasi Asia-Afrika 2023

JT- Bulan Literasi Asia Afrika adalah sebuah acara tahunan yang diselenggarakan oleh Museum
Konferensi Asia Afrika pada bulan September, sejak 2014 acara ini secara konsisten diadakan untuk menyadarkan serta meningkatkan minat literasi masyarakat.

Pada awalnya acara ini bernama Pekan Literasi Asia Afrika (PLAA) yang diadakan selama sepekan mengikuti hari literasi nasional. Setelah beberapa kali diadakan dan dirasa minat masyarakat semakin meningkat maka PLAA diubah menjadi Bulan Literasi Asia Afrika (BLAA) dan kegiatan tersebut selalu dilaksanakan setiap tahun selama satu bulan.


Kita dan Teknologi adalah tema yang diusung pada tahun ini. Tema ini berfokus pada
literasi digital, yang mana literasi digital saat ini sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. Tema
tersebut bertujuan untuk menumbuhkan minat literasi manusia di era modern yang serba digital.


Rangkaian BLAA diawali dengan gelar wicara yang diadakan di ruang utama pameran
MKAA. Dengan mengundang 2 narasumber, yaitu ; Garece Tanus dan Lip M Aditya. Yang mana
Garece Tanus adalah seorang jurnalis pariwisata yang sudah berkarir dalam dunia jurnalistik & literasi
sejak tahun 1988 dan Iip M Aditya adalah seorang digital expert yang telah menjadi data analyst di
perusahaan perusahaan besar. Dan seorang moderator yaitu Fathia Maharani Putri yang memimpin
jalannya gelar wicara tersebut.


Garace Tanus, selaku pemateri pertama beliau membagikan pengalaman tentang betapa
pentingnya literasi dari masa ke masa, dalam penjelasannya beliau menjelaskan bahwa literasi adalah
kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, mengerti dan menggunakan informasi dalam
berbagai bentuk, proses ini mencakup pemahaman terhadap teks tertulis dan lisan, serta kemampuan
untuk berkomunikasi secara efektif dimulai dari media yang berbeda beda.
Pada perkembangannya, literasi terbagi ke dalam 3 zaman yang berbeda beda yaitu zaman
kuno, percetakan dan digital.

Zaman kuno, zaman dimana aksara baru pertama kali ditemukan dan
masih sangat sederhana, hal ini dapat dilihat dari bentuk penulisan dan media penulisan seperti
prasasti atau gulungan papirus, pada zaman ini literasi hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu saja
seperti kalangan terdidik, bangsawan, raja dan manusia kelas atas lainnya.

baca juga  Pelestarian Semangat Nilai-Nilai Perjuangan pada Fellowship 2021

Zaman percetakan,zaman percetakan adalah zaman dimana era literasi sudah mulai berkembang ke berbagai pihakdengan adanya penemuan mesin cetak yang ditemukan oleh Johannes Guttenberg yang
memungkinkan berita dan informasi dapat diproduksi secara masif dan buku buku dapat disebarkan
dengan lebih mudah, pada masa ini lah literasi mulai merambah ke semua kalangan dari mulai
kalangan atas hingga ke bawah. Zaman digital, zaman kita saat ini, yaitu zaman dimana kemudahan
internet dan teknologi mengubah cara kita berinteraksi dengan akses informasi yang ada
dimana-mana. Informasi tersebut dapat berupa situs web, buku digital, bahkan pelantar digital seperti
sosial media dapat menjadi akses literasi dan berita.


Masih pada penjelasan Garace, walaupun saat ini kita telah mencapai era digital namun
media literasi konvensional masih tetap dibutuhkan karena fokus individu dalam membaca, menulis ,
serta melatih daya pemahaman akan sebuah teks cetak, hal ini berkaitan dengan konteks sehari hari
seperti membaca buku, menulis surat mengisi formulir, serta berinteraksi dengan dokumen cetak
lainnya. Selain membaca dan menulis, literasi konvensional juga mencakup kemampuan seseorang
dalam hal matematik dasar seperti dasar perhitungan untuk mengelola keuangan hingga membuat
keputusan sehari hari dengan logika matematika.


Sedangkan kebutuhan kita terhadap literasi digital yaitu untuk kebutuhan navigasi daring,
sebagai media untuk mencari informasi akurat dan efektif di internet serta menggunakan pemanfaatan
digital tersebut untuk bekerja dan berkomunikasi. Kemudian pentingnya memahami tentang
keamanan digital demi melindungi privasi dan data pribadi agar dapat terhindar dari penipuan online,
pencurian data, bahkan menjaga privasi dalam berinteraksi dalam sosial media.


“Mari bersama sama merayakan keberagaman literasi dan memanfaatkan teknologi dengan
bijak untuk mencapai potensi penuh kita sebagai generasi yang literat”. kata Garace Tanus.

Pemateri kedua yaitu M Aditya yang akrab disapasebagai Kang Adit, membuka pembahasan dengan perubahan literasi konvensional ke digital, seperti bergesernya materi bacaan dari buku cetak menjadi buku digital,artikel daring, dan sumber daya internet. Hal tersebut membuat literasi menjadi lebih cepat,
sederhana, dan praktis.

Pada pemaparannya,media sosial saat ini seperti mendominasi dunia literasi
dan digitalisasi besar besaran yang saat ini berjalan sebagai konsekuensi dari kemajuan peradaban dan
penyesuaian diri dengan perkembangan peradaban saat ini, bahkan kecerdasan buatan yang saat ini
masih abu abu terasa mendominasi, kita sendiri yang menentukan pemanfaatan tersebut apakah
menjadi sebuat dampak positif atau negatif.

baca juga  Hari Jadi SMKAA Ke-13 Ingatkan Anak Muda Mengenai Perdamaian Dunia


Dengan kemudahan akses literasi digital seperti yang dijelaskan oleh Kang Adit, indeks
literasi di Indonesia banyak yang mengalami peningkatan dan menempati peringkat sedang dalam
indeks literasi digital dari tahun ke tahu tahun, dengan skala pembentukan indeks yaitu, Indeks
Literasi Digital 2020 ; Komunikasi dan kolaborasi 3,38 , Kemampuan teknologi 3,36., Informasi dan
literasi data 3,17 , Keamanan 3,36.

Total Indeks Literasi Digital 3,46. Sedangkan Indeks Literasi Digital 2021 mengalami perubahan dalam pengelompokan indeks. Yaitu, Budaya Digital 3,90 , Etika Digital 3,53 , Kecakapan Digital 3,44 , Keamanan Digital 3,10 , Total Indeks Literasi Digital 3,49 Dengan angka dari data tersebut pada 2021 Indeks Literasi Digital tertinggi dipegang oleh provinsi D.I. Yogyakarta dengan skor 3,71 dan provinsi Maluku Utara di posisi terendah dengan skor 3,18..


Pergantian literasi dari konvensional juga memiliki dampak positif dan negatif, menurut
pemaparan Kang Adit beberapa dampak positif yang terjadi adalah sebagai berikut ; cepat dalam
mengakses informasi, Penggunaan yang efisien, efektif, ekonomis, aman, pembaharuan, selalu
terkoneksi.

Sedangkan dampak negatif dari pemanfaatan media dalam era digitalisasi yaitu ;
Kemampuan seleksi yang rendah sebagai dampak dari kemudahan akses, Individualisme yang tinggi,
Ketergantungan pada kemudahan yang diberikan, Perundungan dalam jejaring internet.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan literasi digital serta memberikan sisi
positif pada kehidupan sehari hari dengan cara memulainya dengan berpikir kritis agar dapat memilah
milah pilihan yang ada saat kita berselancar pada jejaring internet, kemudian memahami lagi budaya
digital agar pemanfaatan dunia digital dapat diperluas lagi dan lebih memahami cara kerja internet itu
sendiri, dan yang terakhir adalah memanfaatkan akses yang ada sebagai sarana literasi, belajar dan
kolaborasi dalam hal positif


Reporter : JT/ M. Dimas Gufron
Editor : JT/ Cahnia Cendi

Share :

Baca Juga

Berita

67 Tahun Konferensi Asia Afrika: Recover Together Recover Stronger

Berita

Pasca 2 Tahun Pandemi, Museum Konperensi Asia-Afrika: Kembali Gelar “Jelajah Malam di Museum Dengan Tema Sutan Sjahrir Arsitek Diplomasi Perjuangan “

Berita

Diskusi “Protection of Indonesian Citizen Abroad: The Other Side of Indonesian Diplomacy” Bersama Sekdilu Angkatan 41 Kementrian Luar Negeri RI

Berita

Selamat, Untuk Kamu yang Lolos Open Recruitment Tahap 2!

Berita

Night at the Museum: H. Agus Salim dan Diplomasi Perjuangan

Berita

Klab Journativist Lakukan Visit Media ke Kantor Biro Jawa Barat CNN Indonesia

Berita

Jamuan Teh Petang Bersama Saksi Sejarah KAA 1955: Muhammad Yamin

Berita

Asian African Conference Museum and Naoko Shimazu’s