JT – Kegiatan Jamuan Teh Petang bersama para saksi sejarah KAA 1955 merupakan acara rutin tahunan yang dilaksanakan sebagai salah satu rangkaian acara peringatan HUT 64 tahun Konferensi Asia Afrika. Pada hari senin (29/04/2019) kegiatan Jamuan Teh Petang tahun ini mengangkat tokoh Muhammad Yamin sebagai topik utama dalam acara. Acara ini tak luput mengundang para generasi muda untuk turut hadir dan memahami perjuangan-perjuangan pada Konferensi Asia Afrika tahun 1955.
Terpilihnya topik utama ini bukan tanpa alasan, seperti yang dituturkan oleh Kepala Museum KAA, Meinarti Fauzie, Muhammad Yamin pada saat KAA 1955 sedang menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan di Indonesia, maka dari itu beliau memegang peranan penting sebagai komite kebudayaan saat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Selain peran pentingnya dalam KAA 1955, Muhammad Yamin juga merupakan sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus dan ahli hukum yang menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat luas.
Acara ini tak luput untuk mengingat kembali jasa-jasa Muhammad Yamin pada saat KAA 1955 dengan diputarnya video “Muhammad Yamin di Konferensi Asia Afrika 1955”. Serta adapula penampilan pembacaan puisi karya Muhammad Yamin oleh Sahabat Museum KAA. Selain kedua acara inti ini, terdapat seksi ramah tamah bersama saksi sejarah KAA 1955.
Tak hanya saksi sejarah KAA 1955 yang datang menghadiri jamuan teh petang ini, hadir pula keluarga dari tokoh KAA 1955, sejarawan dan peminat sejarah. Para generasi muda pun tak luput diundang untuk menghadiri acara ini dengan tujuan untuk mengenang KAA 1955 sebagai suatu peristiwa besar dan juga untuk mempelajari sejarah diplomasi indonesia yang harus selalu diingat.
KAA berperan penting dalam terciptanya semboyan “hidup damai secara berdampingan”, hal ini disampaikan oleh Prof. Ahmad Mansur Suryanegara atau yang lebih akrab disapa Prof. Mansur “Peranan KAA sebenarnya harus di bangkitkan kembali terutama kesetaraan, perdamaian dan toleransi tetapi, nampaknya pewaris-pewaris kemerdekaan ini tidak begitu mengerti makna KAA”. Seperti termaktub dalam isi pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alinea pertama “…penjajahan di atas dunia harus dihapuskan…”, “Maka salah satu upaya penghapusan penjajahan di atas dunia itu adalah terselenggaranya KAA” ujarnya.
Seperti yang dikatakan ceu popong, salah satu saksi sejarah yang terlibat dalam KAA 1955 yang memberikan pesan kepada generasi muda “Kita harus selalu ingat bahwa kemerdekaan Indonesia bukan hadiah. Kemerdekaan kita renggut dengan darah, dengan nyawa, dengan harta. Itu merupakan kebanggaan dan harga diri kita”. Adapun kekhawatiran yang disampaikan oleh Prof. Mansur terhadap generasi saat ini, “Bung Karno dan Ali Sotroamidjojo adalah dua tokoh yang harus dihormati dan mereka berdua adalah tokoh yang melahirkan KAA. Kota Bandung yang merupakan kota Asia Afrika, saat ini tidak mencerminkan gambaran tentang hal Asia Afrika yang membuat orang-orang tertarik. Sangat disayangkan sekali, alun-alun Bandung yang semestinya tempat untuk kebanggaan di dunia internasional, malah dijadikan tempat (re: cosplay) hantu-hantu untuk bermain”. (JT/ Anggi, Akbar)