SMKAA-Pada tahun 1955, Konferensi Asia Afrika telah dilaksanakan di kota Bandung dimana mengundang semua negara Asia dan Afrika untuk datang ke acaranya dengan adanya forum diskusi seperti Komite Politik,Kebudayaan,dan, Ekonomi. Sehingga munculnya sebuah prinsip yang disebut Dasasila Bandung.Akhirnya, setelah Konferensi inilah banyak wilayah-wilayah yang dijajahan dimana salah satu contohnya di benua Afrika banyak bermunculan negara-negara baru dan tentunya menjadi cikal bakalnya terbentuknya Gerakan yang tidak memihak kepada Uni Soviet dan Amerika yang disebut Gerakan Non Blok tahun 1961 di Beograd, Yugoslavia. Untuk selengkapnya akan dijelaskan di bawah ini Berikut.
Sejarah Gerakan Non Blok
Tentunya kita perlu melihat Kembali ke tahun 1955 dimana negara-negara Asia Afrika lagi bersuara untuk hilangnya penjajahan,membangun hubungan Kerjasama,menyeimbangkan antar ideologi,dan lain sebagainya. Sehingga, terciptanya sebuah Konferensi Asia Afrika yang melahirkan Semangat Bandung dimana point penting adalah Menentukan Hak Nasib Sendiri, Membangun Kerjasama, Kesetaraan,dan lainnya yang memiliki sepuluh sila semangat Bandung. Setelah Konferensi Asia Afrika inilah banyak negara-negara baru yang merdeka dari penjajahan di Asia Afrika yang mencapai 36 negara. Dilansir dari Kompas.com, Sebelum diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika,tentunya sudah ada pergerakan dalam melawan penjajahan oleh beberapa negara terjajah di Afrika. Pemuda Afrika saat itu sudah mulai berupaya memperjuangkan kemerdekaan dengan berbagai cara, salah satunya Maroko yang terlibat beberapa kali peperangan dengan penjajah. Setelah disahkan dan didengarnya hasil tuntutan dari Konferensi Asia Afrika kepada dunia, ada pengaruh yang cukup besar bagi negara terjajah. Dampaknya adalah menumbuhkan kesadaran nasionalisme dan semangat perlawanan besar-besaran terhadap praktik kolonial oleh negara barat. Beberapa tahun setelah terselenggaranya Konferensi Asia Afrika, dengan tuntutannya yang menentang praktik penjajahan, negara-negara di Afrika mendapatkan kemerdekaan. Berikut negara-negara di Afrika yang mendapatkan kemerdekaan pasca-Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung.
1.Kenya. Negara di Afrika Timur ini mendapatkan kemerdekaannya dari Inggris pada 1963.
2.Pantai Gading (merdeka pada 1960)
3.Mali (merdeka pada 1960)
4.Ghana (merdeka pada 1957)
5.Sierra Leone (merdeka pada 1961)
Sebenarnya masih banyak negara-negara Afrika yang secara langsung merdeka dari penjajahan.Dilansir dari Gramedia, istilah kata “Non Blok” sempat pernah dibahas oleh Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru saat berpidato di Konferensi Kolombo, Sri Lanka. Di dalam pidato tersebut, Nehru menjelaskan mengenai lima pilar yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk membentuk relasi Sino-India yang disebut dengan Panchsheel atau lima pengendali. Prinsip tersebut kemudian digunakan sebagai basis dari Gerakan Non Blok. Isi dari lima prinsip tersebut diantaranya:
1.Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan.
2. Perjanjian non-agresi
3. Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain
4. Kesetaraan dan keuntungan bersama
5. Menjaga perdamaian
Gerakan Non Blok ini berawal dari sebuah Konferensi Asia-Afrika yang diselenggarakan di Bandung, Indonesia pada tahun 1955. Di dalam konferensi tersebut, negara-negara yang berpihak pada blok tertentu akan mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat atau Timur. Pendiri dari gerakan ini yaitu lima pemimpin dunia, antara lain Josip Broz Tito presiden Yugoslavia, Soekarno presiden Indonesia, Gamal Abdul Nasser presiden Mesir, Jawaharlal Nehru perdana menteri India, dan Kwame Nkrumah dari Gold Coast.
Sebagai Tambahan dilansir dari Non Aligned Movement Uganda, Gerakan Non-Blok secara resmi didirikan pada KTT Pertama yang dilaksanakan tanggal 01 – 06 September 1961 di Beograd, Yugoslavia. Dua puluh lima negara yang hadir pada KTT Pertama adalah: Afghanistan, Aljazair, Burma, Kamboja, Ceylon, Republik Demokratik Kongo, Kuba, Siprus, Mesir, Ethiopia, Ghana, Guinea,Indonesia, india, Irak, Lebanon, Mali, Maroko, Nepal, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Tunisia, Yaman, dan Yugoslavia. Dilansir juga dari Arsip Indonesia, Pada saat KTT GNB pertama kali diselenggarakan, dunia terbelah menjadi dua blok yang ekstrim yaitu blok barat dan blok timur. GNB yang lahir dari spirit KAA 1955 adalah kenyataan historis yang tidak menginginkan dunia hanya dipisahkan oleh dua blok, dua warna atau dua arah: hitam/putih atau timur/barat.
GNB menawarkan arah atau warna ke tiga yang bukan hitam dan bukan putih atau bukan timur dan bukan barat. Setiap negara harus memiliki keberanian untuk menentukan nasibnya sendiri. Hal inilah yang menjadi inti dari perjuangan negara-negara yang tergabung dalam Gerakan Non Blok. Pada dasawarsa 1960-an, dunia masih terbelah. Keterbelahan akibat dua Perang Dunia membuat sebagian negara mendukung Blok Barat, sebagian lagi mendukung Blok Timur. Keberpihakan ternyata justru memperkeruh permasalahan, alih-alih mengurai permasalahan. Perdamaian yang dunia tuju sejatinya harus keluar dari dikotomi. Pernyataan sikap ketidakberpihakan dan semata berpihak pada kedamaian merupakan keinginan semua negara pelopor Gerakan Non Blok, seperti Indonesia, Yugoslavia, India, Malaysia, dan beberapa negara peserta Konferensi Asia Afrika (KAA) lainnya.
Tujuan adanya Gerakan Non Blok(GNB) adalah:
1. Menentang adanya apartheid.
2. Tidak memihak pakta militer multilateral.
3. Berjuang untuk menentang semua bentuk dan manifestasi para imperialisme.
4. Memperjuangkan dan menentang kolonialisme, pendudukan, rasisme, neo-kolonialisme, dan dominasi dari asing.
5. Pelucutan senjata.
6. Tidak akan mencampuri urusan dalam negeri dari negara lain dan hidup berdampingan dengan damai.
7. Menolak menggunakan atau mengancam kekuatan dalam hubungan internasional.
8. Membangun ekonomi sosial dan restrukturisasi sistem perekonomian secara internasional.
9. Melakukan kerja sama internasional sesuai dengan persamaan hak.
10. Mengembangkan solidaritas antar negara berkembang untuk mencapai kemakmuran, kebersamaan, dan kemerdekaan.
11. Meredakan ketegangan dunia, karena munculnya perseteruan antara dua blok yakni Blok Barat dan Blok Timur.
12. Menghasilkan Naskah Deklarasi peserta Roundtable Meeting.
Pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi GNB
Konferensi Tingkat Tinggi Non Blok merupakan konferensi tingkat tinggi yang dilaksanakan oleh negara-negara yang menganut prinsip politik tidak terikat oleh salah satu blok.
1. Konferensi Ke I
Pertemuan pertama dilakukan pada tahun 1961 di Beograd untuk memicu prinsip politik bersama-sama. Arti dari politik tersebut berbunyi “politik berdasarkan hidup berdampingan secara damai, bebas blok, bukan anggota aliansi militer dan impian aspirasi menghilangkan kolonialisme dalam semua bentuk dan manifestasinya”.
Konferensi pertama Non-blok yang dilakukan pada bulan September tahun 1961 di Beograd dinilai sebagai kelanjutan dari Konferensi Asia Afrika di Bandung. Sebanyak 25 negara ikut ambil bagian, 8 dari Asia, 9 dari Afrika, 1 dari Eropa Yugoslavia, kemudian salah satu dari Amerika Latin Kuba dan 6 dari Arab. Konferensi tersebut merupakan kekuatan pendorong dari Presiden Tito yang bergeser ke Dunia Ketiga karena mereka ingin melarikan diri dari blok isolasi kedua. Three some dengan Nehru dan juga Nasser, Tito memainkan pertemuan kelompok vokal. Dimana konferensi tersebut membahas mengenai diskriminasi rasial, bantuan untuk kemajuan, dan juga pengembangan dan pelucutan senjata.
2. Konferensi Ke II
Konferensi yang kedua dilakukan pada bulan Oktober tahun 1964 di Kairo. Dimana dalam konferensi tersebut diikuti oleh utusan 48 negara dan 10 negara status pengamat resmi, yang mana sebagian besar adalah Amerika Latin. Di kedua konferensi sudah terlihat konflik antara pimpinan moderat kelompok negara Nehru dan juga pemimpin kelompok radikal Soekarno serta Kwame Nkrumah.
3. Konferensi Ke III
Pada September tahun 1970, Konferensi yang ketiga diadakan di Lusaka, Ibukota Zambia. Jumlah peserta yang hadir pada saat itu meningkat menjadi 54 negara, 9 negara mengirimkan pengamat. Tema utama dari Konferensi yang satu ini, yang dipimpin oleh Presiden Zambia, Kenneth Kaunda adalah mengenai sengketa rezim minoritas kulit putih rasis yang ada di Afrika Selatan. Prinsip non blok dinyatakan tidak mengurangi kekuatannya seperti yang sudah dirumuskan di Kairo dan juga Beograd.
4. Konferensi Ke IV
Konferensi tingkat tinggi keempat berlangsung pada bulan September 1973 dan diikuti oleh 75 negara di Aljazair. Dimana pada saat itu, Pangeran Sihanouk yang berasal dari Kamboja mewakili pemerintah kerajaan. Para pengamat yang terdiri dari gerakan kemerdekaan organisasi dan pembebasan Afrika Selatan dan juga Amerika Latin. Adapun tema utama yang disampaikan pada konferensi yang dipimpin oleh Presiden Aljazair Boumediene mengenai masalah negara-negara miskin. Dalam penutupannya, hak resolusi dirumuskan menasionalisasi perusahaan asing.
5. Konferensi Ke V
Konferensi kelima dilaksanakan pada Agustus 1976 di Colombo, Ibukota Sri Lanka. Dalam konferensi ini, selain diperkuat dari negara-negara non blok yang merugikan tatanan ekonomi dunia yang tidak adil dan dapat mengancam perdamaian dunia, juga dirumuskan bersama untuk melawan negara non blok di bidang perdagangan. industri, media teknologi informasi, yang mana termasuk cara memperkuat negara-negara non-blok. Dari konferensi tersebut, mereka berhasil merumuskan program aksi bersama yang disebut dengan deklarasi perjuangan.
6. Konferensi Ke VI
Konferensi keenam dilaksanakan pada September 1979 di Havana, Ibukota Kuba. Untuk jumlah peserta yang mengikuti konferensi tersebut adalah 94 negara, 20 pengamat, dan 18 organisasi dan juga negara-negara dengan status tamu. Walaupun suasana diliputi oleh konflik antara moderat dan radikal, namun konferensi berhasil merumuskan resolusi untuk memperkuat prinsip-prinsip non blok yang dirumuskan dalam sebuah deklarasi politik. Tak hanya itu saja, deklarasi ekonomi yang memperkuat sikap non blok terhadap apa yang mereka klaim sebagai yang merugikan dominasi kekayaan ekonomi asing negara-negara berkembang juga berhasil dirumuskan.
7. Konferensi Ke VII
Keanggotaan Kamboja tidak berhasil diselesaikan. Sehingga, baik pemerintah Heng Samrin dan juga Pol Pot rezim hanya menjadi status pengamat, Non-blok Summit, yang seharusnya dilaksanakan pada September 1982 di Baghdad, Ibukota Irak dibatalkan karena adanya perang antara Irak dan Iran yang belum berhasil diselesaikan. Lalu, Delhi Ibukota India menjadi pengganti tempat untuk konferensi non blok yang ketujuh ini.
Situasi Dunia setelah adanya GNB
Dilansir dari Kompas.com, Negara-negara Asia dan Afrika berusaha keras memasukkan hak menentukan sendiri dalam prinsip PBB, yang terus ditentang negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, yang meminta klausul kolonial dicabut dalam setiap resolusi PBB.
Pada 1952, AS, bahkan memveto resolusi Majelis Umum PBB yang menyatakan hak menentukan nasib sendiri adalah bagian dari hak asasi manusia. AS juga menolak kewajiban negara-negara kolonial melaporkan kemajuan wilayah jajahannya dalam membentuk pemerintahan sendiri. Istilah itu merujuk kepada negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang menolak berpihak selama Perang Dingin, selain melukiskan masyarakat negara berkembang yang sama-sama mengalami pahitnya kolonialisme.
Dilansir dari Jurnal United States and Non Aligned Momevent Karya B.K. Shrivastavai,Tanggapan Amerika saat melihat adanya pergerakan GNB ini membuat Amerika khawatir kalo pengaruh mereka akan semakin berkurang dan menjadi sebuah ancaman bagi negara-negara barat yang menentang komunis seutuhnya. Sedangkan Dilansir dari Buku Pidato Nikita Kruschov di Madjelis Umum 1959,Uni Soviet sendiri mendukung adanya pergerakan perdamaian dan sudah saatnya ada perdamaian. Meskipun adanya Gerakan Non Blok, beberapa negara masih mengalami peperangan. Tapi, setidaknya tidak seperti yang pernah terjadi sebelum adanya Gerakan Non Blok. Saat ini , Gerakan Non Blok masih terus ada dimana sering adanya Konferensi Tingkat Tinggi kepada beberapa negara di dunia yang netral.
Penulis: Edukator/Senore Arthomy Amadeus
Editor: Edukator/Senore Arthomy Amadeus